Fadhilah Membaca Basmallah
Oleh : Kavin Majazah
Pagi itu suasana cerah, udara segar, suara ayam dan burung bersahutan khas suasana pedesaan yang menyejukkan hati. Namun tidak dengan suasana hati Zahir, pada hari itulah dengan segala keterpaksaannya dia akan mengikuti keinginan orang tuanya untuk ngaji dipondok pesantren. Zahir yang saat itu sudah lulus SMP terkenal dengan sifatnya yang bandel dan menjengkelkan siapapun yang melihatnya, kerasnya suara sound system dan berisiknya knalpot brong adalah sebagian ulah Zahir yang menjadi makanan sehari-hari tetangganya akibat ulah bocah itu. Kendati demikian Zahir adalah anak yang sangat patuh dan menghormati orang tuanya. Pagi itu matahari telah utuh menampakkan wujudnya, mengirimkan energi dan pesan bagi semua orang untuk segera beranjak dan memulai aktifitas. Dengan suasana yang haru Zahir meletakkan badannya berbaring di depan pintu, sesuai dengan adat didesanya tradisi dilangkahi ibu sebelum pergi jauh merantau atan ngaji sebagai bentuk restu dan doa dari ibu masih berlaku. Dengan segala tekad dan keberatan hatinya Zahir memutuskan untuk mengikuti perintah orang tuanya terkhusus ibunya. Ia mencium tangan dan mengusah kedua telapak kaki ibunya lalu mengusapkannya ke wajah,
Zahir : “Zahir pamit ibu..”
Ibu : “ya, hati-hati ya. Ngaji yang bener yang patuh sama pak Kyai, nggak usah mikirin bapak ibu di rumah, bapak ibumu ini sudah ikhlas melepas kamu ke pesantren.”.
Zahir : “Nggih ibu..”
lalu ia mulai melangkahkan kaki menuju motor.
Sejak dua minggu yang lalu, malam itu setelah pulang dari tongkrongan ngopi bersama temantemanya. Bapak dan ibunya memanggil Zahir untuk mengajaknya bicara.
Bapak : “Hir, bapak ibumu ini sudah mulai tua, kamu ini anak bapak ibumu satu-satunya,sebenarnya keputusan ini juga berat untuk bapak dan ibumu ini. Tapi, bagaimanapun bapak ibumu ini tidakbermaksud untuk menuntut atau memaksa kamu untuk mengikuti keinginan bapak ibumu. Bapak ibupingin kamu pergi ngaji ke pesantren Hir, tidak banyak tuntutan dan harapan bapak ibumu ini, bapak ibucuma ingin suatu saat bapak ibumu sudah meninggal kamu jadi anak yang tahu berbakti dan mendoakan
bapak ibumu ini. Jadi kamu harus ngaji yo le. Biar bisa tahu caranya mendoakan bapak ibumu ini.”
Senakal apapun Zahir dia tetap seorang anak yang sangat menghormati dan patuh dengan perintahdan nasehat orang tuanya.
“Nggih bapak. Jika seperti itu keputusan bapak dan ibu untuk Zahir, Zahir Insyaallah siap”
Malam itu malam ketiga sejak Zahir menyelami kehidupan barunya dipondok pesantren, perasaan sedih kadang tiba-tiba datang ketika sedang sendiri atau sambil mendengarkan keterangan ustadz dimadrasah. Suasana yang hampir berbalik 180°, malam yang biasanya ia habiskan untuk motoran dannongkrong dengan teman-temannya, sekarang menjadi malam yang penuh kegiatan ngaji dengan bayangbayang ketegasan pengurus yang mengkondisikan santri-santri.
Malam itu pukul setengah dua belas malam, setelah kegiatan pondok selesai, Zahir, Kafin dan Khunafa.Hanya butuh 1 malam untuk menjadikan tiga bocah beda pulau itu untuk menjadi akrab dan terbiasa. Kafina berasal dari Sumatra dan Khunafa dari Sulawesi, mereka berdua adalah anak-anak baru dipesantren itu.
Disela-sela perbincangan mereka saling bercerita, mereka tertarik dengan cerita kakak kelas mereka di belakang mereka. Mereka tengah bercerita tentang mitos hantu wewe gombel yang bersarangdi wc pesantren.
Latif : “aku nggak sengaja dengar katanya Muna tadi malam lihat wewe gombel yang udah banyak ceritanya di wc itu..”
Zuhri : “wahh… memang dia kerap ngganggu anak-anak ketika dia merasa terganggu”.
Zahir dengan penasaran bertanya, Zahir :”apa iya mas dipesantren tempat orang ngaji ada kaya gitu?”.
Zuhri :”dek.. namanya kaya gitu tu dimana saja ya ada.. apalagi pondok ini sebelum dibangun sama pak Kyai adalah hutan yang jarang digunakan”.
Zahir :”ahh… menarik si tapi saya nggak takut lah mas..”
Latif :”ya sudah, memang betul seperti itu, jangan takut. Tapi kamu nggak boleh sembrono.. mereka juga punya hak untuk mendapat ketenangan..”
Tepat pukul dua malam Zahir terbangun dari tidurnya karena kebelet kencing. Menatap kanan kiri teman-temannya sudah tidur semua, dengan hati-hati Zahir beranjak dan melangkahkan kaki hati-hati melewati teman-temannya. Menelusuri lorong-lorong komplek dan akhirnya sampai didepan WC. “Brakk…..” entah suara benda atau apa yang jatuh dari genteng, namun hal itu dengan spontan membuat Zahir terkejut dan lari sekencang-kencangnya kembali ke kamar.
Sambil membawa jajan dari koperasi Zahir berjalan melewati Lorong komplek, tidak sengaja mendengar pembicaraan temannya yang sedang bercerita sambil ngopi, “Beneran lo, temanku lihat sekilas wujudnya seram sekali persis seperti di film,” kata kak Hasan. Gosip soal hantu wewe gombel itu menyebar dengan cepat. Hal itu membuat Nur, Zahir merasa mulai ketakutan. Bahkan ketika malam tiba mereka jadi takut pergi ke kamar mandi Zahir masih teringat cerita mengerikan tentang hantu wewe gombel. Sejak hari itu, Zahir, Kafin dan Khunafaa yang sama-sama satu kamar saling membangunkan jika ingin pergi ke kamar
mandi.
Namun, hal itu merepotkan dan sering membangunkan santri lainnya di kamar. ”jadi gimana ini?, aku selalu terbangun di malam hari, tapi takut ke toilet karna jauh dan gelap sekali” tanya Zahir ”aku juga takut. Andaikan toiletnya dekat dengan kamar kita, aku pasti tidak akan setakut ini, ”ucap Kafin. ”ahaaa aku tau. Bagaimana kalau kita buang air kecil di kebun sebelah asrama saja? disana dekat dan tertutup.” ujar Khunafa. Sembarangan memberi ide. Uniknya, idenya itu malah di sambut baik oleh kedua temannya. Mereka merasa tidak ada pilihan lain selain buang air kecil di kebun dekat asrama, daripada berpapasan dengan hantu wewe gombel kan? pikir mereka.
Akhirnya, mereka bertiga mulai kencing sembarangan di dekat kebun pesantren, menciptakan masalah baru dan mengganggu ketertiban pondok. Area kebun dekat dengan kamar Asrama yang lain. Karna mereka sering buang air sembarangan, kebun di area tersebut menjadi bau dan dipenuhi lalat. Keluhan ini kemudian diketahui oleh ustadz Aziz, ia lantas mencari tau siapa santri yang kencing sembarangan di kebun tersebut. ”ayo, silahkan mengaku sebelum jam 3 sore hari ini. Saya tunggu di ruangan saya, kalau kalian tidak mengaku dan ketahuan, maka hukumannya akan saya beri tiga kali lipat.” kata ustadz Aziz di akhir kelas jam pelajarannya. Mendengar pengumuman itu kafin, Zahir dan Khunafa memutuskan untuk jujur dan mengakui perbuatan mereka pada ustadz Aziz. Mereka menceritakan alasan mereka kencing sembarangan selama beberapa hari terakhir. Setelah mendengar cerita dari ketiga santri baru, ustadz Aziz dengan bijak menasihati mereka, bahwa mereka tidak perlu takut dengan setan ataupun jin. ”manusia diciptakan lebih mulia daripada jin dan setan. Sehingga satu-satunya kekuatan yang harus kita takuti adalah Allah SWT. Bukan jin, setan atau sejenisnya,” kata ustadz Aziz.
“Daripada kalian takut, kalian bisa berdoa kepada ALLAH dari godaan setan yang terkutuk. Insyaallah, Allah akan melindungi kita dari godaan jin atau setan apapun, ”jelas ustadz Aziz. Selain itu ustadz Aziz berpesan untuk memulai apapun dengan ucapan : “BISMILLAKHIRROHMANIRROKHIM” Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang” Insyaallah jika orang yang di sayang sudah tentu di kasih tetapi sebaliknya orang yang di kasih belum tentu di sayang.
Supaya apa pun yang kita lakukan atas nama Allah, dzat yang terkuat di dalam semesta. ”setan pun sudah pasti takut jika berurusan dengan ALLAH” kata ustadz Aziz. Mereka lantas mengucapkan dua kalimat itu bersama-sama “AUDZUBILLAHIMINASSYAITONNIRROJIM,BISMILLAKHIRROHMANIRROKHIM”. Sejak saat itu Kafin, Zahir dan Khunafa selalu mengucap ta’awudz dan basmallah untuk menghilangkan rasa ketakutannya.
Berkat saran dari ustadz Aziz, mereka menjadi percaya diri dan berani pergi ke kamar mandi sendiri di malam hari. ”BISMILLAH aku tidak takut, karna ada ALLAH yang melindungiku” ucap Kafin sebelum masuk kamar mandi. Kemudian, setelah membaca do’a masuk kamar mandi,ia masuk ke toilet menuntaskan buang air kecilnya dan keluar dengan aman. ”ternyata hantu wewe gombel itu cuman gosip,”ucap Arkan. ”iya, padahal cukup dengan do’a kepada ALLAH sudah pasti kita dilindungi, kenapa bodohnya aku dengan makhluk yang nggak jelas itu aku takut” timpal Zahir.
Namun karena perilaku onar mereka Kafin, Zahir dan Khunafa di hukum membersihkan kebun dan kamar mandi selama satu minggu, meskipun mendapat hukuman mereka tidak lagi takut karena telah memahami, bahwa dengan do’a dan keyakinan, mereka bisa mengatasi rasa takut, kesalahan mereka telah menjadi pelajaran berharga, dan mereka pun menjadi santri yang lebih baik dan patuh pada sang guru.
Zahir menjalani hari-hari dipondok dengan penuh ketekunan, pesan orang tua dan gurunya betulbetul memacu semangatnya untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.
_________________________________